Dengan naskah yang ditulis oleh James Vanderbilt (The
Amazing Spider-Man, 2012), White House Down berkisah mengenai John Cale
(Channing Tatum), seorang anggota kepolisian ibukota Amerika Serikat yang kini
bertugas sebagai salah seorang pengawal dari ketua Dewan Perwakilan Rakyat, Eli
Raphelson (Richard Jenkins). Demi untuk menyenangkan puterinya, Emily (Joey
King), yang begitu menggemari dunia politik, John kemudian berusaha untuk
bergabung bersama dengan Dinas Rahasia Amerika Serikat. Sayang, sesi wawancara
bersama Agent Carol Finnerty (Maggie Gyllenhaal) kemudian mengubur impian
tersebut ketika John dinyatakan masih belum dapat memenuhi kualifikasi pegawai
yang sedang dibutuhkan oleh Dinas Rahasia Amerika Serikat. Tidak ingin
mengecewakan puterinya yang turut hadir dalam proses wawancara tersebut, John
lalu mengajak Emily untuk mengikuti tur mengelilingi White House.
Tidak berapa lama kemudian, sebuah bom berkekuatan cukup
besar meledak di Gedung Capoitol yang lokasinya berdekatan dengan
White House.
Kepanikan jelas kemudian melanda orang-orang yang berada di sekitar gedung
tersebut – dan secara perlahan kemudian mulai menjalar ke seluruh masyarakat
Amerika Serikat dan dunia. Tidak berhenti disitu, sekelompok pemberontak yang
dipimpin oleh Emil Stenz (Jason Clarke) kemudian menyerbu masuk ke dalam White
House, membunuh setiap petugas keamanan yang mereka temui dan menyandera setiap
orang yang berada di dalam White House sekaligus mengambil alih gedung tersebut
untuk kemudian berusaha mencari Presiden Amerika Serikat, James Sawyer (Jamie
Foxx), dan membunuhnya. Tentu saja, John Cale tidak akan tinggal diam
menyaksikan para pemberontak berusaha untuk menghancurkan negara sekaligus
membunuh puterinya. Secara perlahan, John mulai mencari cara untuk mengamankan
sang presiden sekaligus membawa puterinya keluar dari gedung tersebut.
Terdengar seperti sebuah film yang dirilis beberapa bulan
yang lalu? White House Down memang memiliki kemiripan yang begitu menonjol
dengan Olympus Has Fallen – termasuk komponen cerita yang melibatkan sebuah
terowongan jalan keluar rahasia, seorang anak yang memegang peranan penting
pada pergerakan kedua pihak yang berseteru hingga kehadiran kode rahasia dan
ancaman nuklir untuk menghancurkan dunia. Namun, berbeda dengan film arahan
Antoine Fuqua tersebut, White House Down sama sekali tidak pernah menghadirkan
presentasi ceritanya dengan jalan yang benar-benar dramatis. Sutradara Roland
Emmerich dan penulis naskah James Vanderbilt jelas tahu bahwa presentasi cerita
yang mereka sajikan memiliki nilai absurditas yang cukup tinggi dengan
intensitas cerita bergantung sepenuhnya pada tampilan visual yang penuh dengan
ledakan. Hal ini yang kemungkinan besar membuat Emmerich dan Vanderbilt memilih
untuk menyajikan White House Down hadir dengan elemen komedi yang kuat –
khususnya datang dari dialog interaksi antara duo karakter utamanya, John Cale
dan President James Sawyer. Tapi apakah hal tersebut akan membuat White House
Down menjadi sebuah film yang lebih baik?
Well… meskipun adalah sangat menghibur untuk menyaksikan
sesosok karakter Presiden Amerika Serikat yang mampu mengeluarkan dialog-dialog
konyol ketika negaranya sedang berada di ambang kehancuran, tidak dapat
disangkal bahwa penulisan naskah White House Down dipenuhi dengan berbagai
kelemahan. Jika Olympus Has Fallen berusaha kuat untuk membuat penonton merasa
yakin bahwa kisah yang diceritakan film tersebut dapat benar-benar menjadi
kenyataan, maka White House Down terlihat terlalu sederhana (baca: lemah) untuk
mampu melakukannya. Mulai dari motivasi sang karakter antagonis utama,
dialog-dialog yang terdengar begitu cheesy dan cukup konyol hingga karakter-karakter
pendukung yang sama sekali tidak pernah diberikan porsi penceritaan yang
memadai. Dan sebagai sebuah film bertema kehancuran yang diarahkan oleh orang
yang pernah menghadirkan Independence Day (1996), The Day After Tomorrow (2004)
dan 2012 (2009), tampilan visual yang dihadirkan Emmerich dalam menyajikan
adegan-adegan penuh ledakan dalam White House Down harus diakui jauh dari kesan
spektakuler. Malah seringkali hadir dalam kualitas yang medioker.
Terlepas dari kelemahan-kelemahan tersebut, dua pemeran
utama White House Down, Channing Tatum dan Jamie Foxx, mampu tampil dalam
kualitas penampilan yang begitu prima. Tatum sekali lagi berhasil membuktikan
bahwa dirinya adalah seorang aktor yang lihai dalam memilih peran-peran yang
sesuai dengan kapabilitas aktingnya. Pesonanya yang kuat juga mampu
dieksplorasi sedemikian rupa untuk membuat perannya sebagai seorang pahlawan
sekaligus ayah bagi puterinya terlihat begitu meyakinkan. Sama halnya dengan
Jamie Foxx. Karakter President James Sawyer memang jauh dari gambaran para
Presiden Amerika Serikat yang banyak digambarkan di berbagai film Hollywood.
Namun, dengan kemampuan aktingnya yang handal, karakter President James Sawyer
yang memegang teguh prinsip cinta perdamaian namun mampu tampil konyol di banyak
bagian, mampu hadir begitu hidup dan menyegarkan untuk diikuti. Bersama, Tatum
dan Foxx juga hadir dengan chemistry yang sangat tepat dan terlihat nyaman
dalam tampil berdampingan satu sama lain.
Sama seperti Olympus Has Fallen, Emmerich juga melengkapi
departemen aktingnya dengan deretan penampilan prima dari para aktor dan aktris
watak yang dapat dengan mudah menghidupkan karakter yang mereka perankan –
meskipun karakter-karakter yang mereka perankan terasa hadir tanpa peran cerita
yang berarti. Beberapa nama mampu mencuri perhatian lewat penampilan mereka,
seperti Jason Clarke dengan perannya sebagai pemimpin kelompok pemberontak yang
brutal, Nicholas Wright sebagai penjaga tur keliling White House yang hadir
dengan dialog-dialog penuh humor serta Joey King yang berperan sebagai puteri
dari karakter John Cale. Richard Jenkins, James Woods dan Maggie Gyllenhaal
juga hadir meyakinkan lewat peran mereka sekaligus cukup memperkokoh kualitas
departemen akting film ini.
Meskipun menghadirkan tema penceritaan yang terdengar
familiar jika dibandingkan dengan Olympus Has Fallen yang telah dirilis
beberapa bulan sebelumnya, Roland Emmerich harus diakui memberikan eksekusi
aksi bercampur komedi yang cukup menarik untuk White House Down. Meskipun
begitu, kelemahan naskah cerita film – yang harus diakui akan selalu menjadi
masalah dalam setiap karya Emmerich, membuat White House Down cenderung terasa
datar ketika tidak menghadirkan deretan dialog bernuansa humornya atau tampilan
visual yang diwarnai ledakan dalam adegannya. Penampilan dinamis Channing Tatum
dan Jamie Foxx beserta jajaran pengisi departemen akting film ini memang cukup
untuk menjadi alasan dalam menyaksikan White House Down. Lebih dari itu, White
House Down mungkin hanya akan banyak diingat sebagai versi lebih lepas (baca:
konyol) dari Olympus Has Fallen. Tidak lebih.