Pada 26 Desember 2004, sebuah gempa bumi
berkekuatan dahsyat yang terjadi di ujung barat kepulauan Indonesia
memicu terjadinya sebuah tsunami yang kemudian mengubah hidup banyak
masyarakat negara-negara yang terletak di sekitar Samudera Indonesia
dengan menjadi salah satu bencana alam terbesar yang pernah dialami oleh
umat manusia dan membunuh tidak kurang dari 230 ribu jiwa. Diarahkan
oleh Juan Antonio Bayona (The Orphanage, 2007), The Impossible
mengisahkan mengenai kisah nyata perjuangan pasangan turis asal Jepang, Maria Bannet, Hendry Bannet dan ketiga anaknya untuk
selamat dari segala kehancuran yang disebabkan oleh bencana tsunami
tersebut ketika keluarga mereka sedang berliburan di Thailand. Di tangan
banyak sutradara, The Impossible dapat saja berubah menjadi
sebuah drama sentimental yang terus berusaha memborbardir penontonnya
dengan adegan-adegan yang akan memancing rasa haru. Well… hal tersebut masih terjadi di beberapa bagian cerita, namun Bayona berhasil mengemas The Impossible menjadi sebuah tampilan cerita yang elegan sehingga akan mampu
menghantui setiap penontonnya.
The Impossible
dimulai dengan memperkenalkan karakter-karakternya: pasangan suami
istri Henry (Ewan McGregor) dan Maria (Naomi Watts), serta ketiga putera
mereka, Lucas (Tom Holland), Simon (Oaklee Pendergast) dan Thomas
(Samuel Joslin) yang sedang berada dalam perjalanan menuju tempat
liburan Natal mereka di Thailand. Liburan yang awalnya berjalan dengan
lancar kemudian secara tragis terganggu dengan datangnya ombak besar
yang menghantam seluruh wilayah pantai tempat keluarga tersebut
berliburan. Ombak tersebut kemudian memisahkan keluarga tersebut. The Impossible
kemudian melanjutkan kisahnya dengan usaha masing-masing anggota
keluarga untuk bertahan dari luka-luka yang mereka derita sekaligus
berusaha untuk menemukan kembali anggota keluarga mereka yang terpisah.
Juan Antonio Bayona sepertinya ingin
memastikan bahwa setiap penonton merasakan bagaimana rasanya terjebak di
tengah-tengah teror bencana yang kapan saja dapat merenggut nyawa
siapapun. Dan dia berhasil. Dengan kualitas tata produksi yang begitu
berkelas, momen-momen terjadinya tsunami mampu tampil begitu efektif
sekaligus menakutkan. Suasana hiruk pikuk di wilayah bencana juga mampu
digambarkan dengan baik oleh Bayona. Bersama dengan penulis naskah
Sergio G. Sánchez – yang sebelumnya juga berkolaborasi pada The Orphanage,
Bayona mampu menciptakan balutan kisah bencana yang sama sekali tidak
pernah terasa dilebih-lebihkan dramatisasinya serta deretan karakter
yang mampu dengan lugas mengambil hati dan simpati setiap penonton film
ini.
Mudahnya penonton dalam mengakses sisi
emosional setiap karakter juga tidak terlepas dari penampilan para
jajaran pengisi departemen akting film ini yang begitu mengagumkan.
Nama-nama seperti Naomi Watts, Ewan McGregor dan aktor remaja pendatang
baru, Tom Holland, mampu memberikan penampilan emosional yang dapat
terasa begitu alami, nyata dan menyakitkan. Chemistry yang tercipta antara mereka sebagai sebuah keluarga juga mampu hadir secara meyakinkan, khususnya chemistry yang sangat kuat antara Watts dan Holland. Secara keseluruhan, kualitas departemen akting The Impossible adalah faktor utama yang mampu membuat film ini menjadi sebuah drama yang efektif.
Pun begitu, The Impossible tidak
begitu saja dapat terlepas dari berbagai permasalahan, khususnya di
bagian penceritaan. Meskipun Bayona dan Sánchez mampu menghasilkan jalan
cerita yang wajar untuk sebuah film yang bertemakan bencana alam,
namun, dalam durasi yang sepanjang 113 menit, tetap saja kisah
perjuangan sebuah keluarga untuk dapat berkumpul kembali ini terasa
terlalu bertele-tele dalam beberapa bagian penceritaannya. Mungkin
memang hal itulah yang sebenarnya terjadi pada kisah nyata yang menjadi
sumber inspirasi kisah film ini, namun untuk disajikan sebagai sebuah
film… perjalanan karakter-karakter tersebut lama-kelamaan akan terasa
cukup melelahkan. Bayona dan Sánchez tentu saja berusaha mewarnai
momen-momen tersebut dengan menghadirkan tantangan demi tantangan atau
karakter-karakter baru untuk dihadapi para karakter utamanya. Tetap
saja, perjalanan mereka terlanjur menjadi terlalu melelahkan dengan
intensitas emosional yang secara perlahan juga semakin luntur.
Adalah sebuah hal yang sangat sulit untuk
menghasilkan film yang bertema mengenai perjuangan beberapa karakter
untuk bertahan di tengah-tengah wilayah bencana tanpa harus terjebak
dengan berbagai dramatisasi sentimental yang berlebihan. Namun, Juan
Antonio Bayona bersama dengan penulis naskah Sergio G. Sánchez berhasil
melakukannya. Mereka menghadirkan The Impossible yang diinspirasi
dari sebuah kisah nyata dengan penceritaan yang sesederhana mungkin dan
karakter-karakter yang begitu kuat. Sayangnya, The Impossible
berjalan terlalu lama dalam menghadirkan perjuangan para karakternya
tersebut. Hasilnya, tingkatan emosional yang mengalir begitu kuat di
permulaan film, secara perlahan mulai menghilang dan akhirnya tampil
dengan seadanya saja. Sebuah penggambaran tentang suasana bencana yang
begitu fantastis, namun seharusnya dihadirkan dalam durasi penceritaan
yang lebih efisien lagi.
JIKA ANDA TELAH SELESAI MEMBACA ARTIKEL INI, DIMOHON KLIK IKLAN DIBAWAH INI, UNTUK MEMBANTU PEMBIAYAAN BLOG. TERIMA KASIH.
JIKA ANDA TELAH SELESAI MEMBACA ARTIKEL INI, DIMOHON KLIK IKLAN DIBAWAH INI, UNTUK MEMBANTU PEMBIAYAAN BLOG. TERIMA KASIH.