Diangkat dari serial novel Parker yang berjudul Flashfire (2000) karya Donald E. Westlake, Parker merupakan pertama kali seri novel crime thriller
karya Westlake yang telah dirilis semenjak tahun 1962 tersebut
diadaptasi menjadi sebuah film layar lebar dengan tetap menggunakan nama
Parker sebagai nama karakter utamanya. Beberapa film yang mengadaptasi
seri novel Parker sebelumnya – seperti Point Blank (1967), The Outfit (1973) dan Payback (1999) – mengubah nama karakter utamanya atau bahkan jenis kelamin karakter tersebut (Made in U.S.A., 1966). Dengan naskah cerita yang ditulis oleh John J. McLaughlin (Hitchcock, 2012), Parker
berkisah mengenai seorang pencuri profesional yang berusaha menuntut
balas setelah dikhianati rekan-rekannya. Sebuah jalinan kisah yang tepat
untuk seorang Jason Statham bukan?
Parker
(Jason Statham) adalah seorang sosok pencuri profesional yang memiliki prinsip
bekerja yang tergolong mulia: ia tidak akan mencuri dari orang-orang
dengan ekonomi terbatas dan tidak akan melukai siapapun selama melakukan
pekerjaannya. Sikapnya itulah
yang kemudian membuat ia diminta oleh
ayah kekasihnya, Hurley (Nick Nolte), untuk mengawal pekerjaan pencurian
yang akan dilakukan oleh lima orang yang tidak pernah dikenal Parker
sebelumnya. Singkat cerita, pencurian tersebut berjalan cukup lancar…
namun Parker kemudian dikhianati bahkan hampir terbunuh oleh pimpinan
kelompok pencuri tersebut, Melander (Michael Chiklis).
Jelas, sebagai seorang pencuri
profesional, Parker tidak akan tinggal diam. Mengetahui rencana Melander
dan kawanannya berikutnya yakni untuk mencuri perhiasan berlian dari
sebuah kegiatan lelang di Palm Beach, Florida, Amerika Serikat, Parker
bersama dengan seorang agen perumahan yang dijadikan rekan kerjanya,
Leslie Rogers (Jennifer Lopez), mulai menyusun strategi untuk menuntut
balas. Melander sendiri bukannya tidak sadar bahwa Parker gagal untuk
terbunuh. Untuk mengatasi hal tersebut, dan mencegah Parker untuk
menuntut balas, Melander kemudian mengutus seorang pembunuh bayaran
bernama Kroll (Daniel Bernhardt) untuk membunuh Parker dan orang-orang
terdekatnya.
Secara mengejutkan, yang paling menarik dari Parker
adalah justru kehadiran Jennifer Lopez di dalam jalan cerita film ini.
Peran Lopez sebagai Leslie Rogers sendiri bukanlah sesosok karakter yang
begitu esensial. Berbeda dari tema cerita yang bernuansakan crime thriller
dengan kehadiran banyak sosok serius di sekitarnya, karakter Leslie
Rogers justru digambarkan sebagai sosok yang biasa diperankan Lopez
dalam film-film komedi romantisnya: sosok yang lantang berbicara,
memiliki keberanian (baca: kenekatan) dalam menjalankan setiap
tindakannya dan sangat mudah untuk disukai. Karakteristik itulah yang
membuat penampilan Lopez sebagai Leslie Rogers menjadi begitu mencuri
perhatian di dalam jalan cerita Parker – meskipun karakter tersebut dihadirkan dengan porsi penceritaan yang begitu terbatas.
Sementara itu, mereka yang mengharapkan
Jason Statham untuk berperan sebagai sosok Jason Statham yang biasa
mereka dapatkan dalam film-film aksinya – sosok pria tampan dengan
pembawaan tenang yang selalu mampu lolos dalam setiap aksi mematikan
dengan kehandalannya dalam melakukan berbagai tindak kekerasan,
sepertinya akan kecewa dengan presentasi film ini. Jangan salah. Statham
masih berperan sebagai karakter yang telah terbiasa ia tampilkan dalam
setiap filmnya. Hanya saja, Parker tidak memberikan ruang yang cukup bagi Statham untuk menghadirkan adegan aksi yang over the top nan menghibur seperti biasanya. Sebagai gantinya, Parker justru berputar-putar dengan penceritaan sederhana yang dihadirkan secara berbelit-belit.
Dan memang benar. Dengan durasi
penceritaan sepanjang 118 menit, karakter-karakter yang gagal untuk
tergali dengan baik dan kekurangan elemen aksi yang memukau, naskah
cerita Parker jelas adalah kelemahan utama dari film ini. Dengan
tema penceritaan yang sebenarnya sangat sederhana, John J. McLaughlin
terkesan berusaha untuk merumitkan setiap plot cerita yang ada.
Hasilnya, banyak adegan dalam film ini terkesan hadir dengan durasi yang
terlalu panjang dengan tanpa kehadiran esensi cerita yang kuat atau
bahkan sama sekali tidak terasa esensial untuk dihadirkan. Hubungan
antar plot dalam jalan cerita Parker juga terkesan begitu renggang yang kemudian menyebabkan penyajian cerita antar banyak adegan terasa melompat-lompat.
Tidak ada masalah yang cukup mengganggu
dari penampilan jajaran pengisi departemen akting film ini. Walau dengan
karakter-karakter yang gagal terbangun dengan sempurna, Statham, Lopez,
Michael Chiklis, Bobby Cannavale hingga Nick Nolte tampil dalam
kapasitas akting yang tidak mengecewakan – meskipun harus diakui bahwa chemistry
yang terbentuk antara Statham dan Lopez kadang terkesan terlalu
dipaksakan untuk hadir – seperti halnya memaksakan kehadiran Lopez di
poster film ini – sehingga seringkali terlihat canggung di beberapa
adegan. Tata produksi juga tidak bermasalah, walau jelas juga tidak
dapat dikategorikan sebagai sebuah presentasi yang istimewa.
Mungkin jika John J. Laughlin mampu untuk mengefisienkan beberapa bagian penceritaan Parker dan kemudian meningkatkan kehadiran adegan-adegan bernuansa aksi di dalam jalan cerita film ini, Parker
akan mampu terlihat lebih menarik lagi. Dengan presentasi akhir seperti
yang saat ini, sulit untuk tidak merasakan kebosanan pada lambannya
ritme penceritaan yang disediakan oleh sutradara Taylor Hackford serta
bertele-telenya penceritaan Parker yang ditulis oleh Laughlin.
Statham dan Lopez mungkin masih mampu memberikan penampilan yang tidak
mengecewakan. Namun hal tersebut jelas tidak akan mampu menyelamatkan
kualitas film yang benar-benar begitu terpuruk dengan kedangkalan
penulisan naskah ceritanya.
JIKA ANDA TELAH SELESAI MEMBACA ARTIKEL INI, DIMOHON KLIK IKLAN DIBAWAH INI, UNTUK MEMBANTU PEMBIAYAAN BLOG. TERIMA KASIH.
JIKA ANDA TELAH SELESAI MEMBACA ARTIKEL INI, DIMOHON KLIK IKLAN DIBAWAH INI, UNTUK MEMBANTU PEMBIAYAAN BLOG. TERIMA KASIH.