Well… Hollywood sepertinya masih
belum akan berhenti untuk melakukan interpretasi ulang dari berbagai
kisah dongeng klasik dunia. Setelah Alice In Wonderland (2010), dua versi pengisahan terbaru dari Snow White, Mirror Mirror (2012) dan Snow White and the Huntsman (2012), serta Hansel & Gretel: Witch Hunters yang dirilis pada awal tahun, kini giliran dua kisah dongeng asal Inggris, Jack and the Beanstalk serta Jack the Giant Killer, yang dipadukan menjadi sebuah presentasi film berjudul Jack the Giant Slayer dengan Bryan Singer (Superman Returns,
2006) bertugas sebagai sutradaranya. Walau harus diakui bahwa Singer
masih mampu memberikan momen-momen menyenangkan melalui penampilan para
jajaran pemeran serta penampilan tata visualnya yang berkelas, namun
jelas tidak dapat disangkal bahwa Jack the Giant Slayer tampil begitu dangkal dalam penceritaannya yang membuat banyak bagian film ini menjadi terasa sangat membosankan.
Jack the Giant Slayer
memulai kisahnya dengan memperkenalkan dua karakter utamanya: seorang
pemuda bernama Jack (Nicholas
Hoult) yang berasal dari keluarga
sederhana serta seorang gadis bernama Isabelle (Eleanor Tomlinson) yang
merupakan puteri tunggal dari King Brahmwell (Ian McShane). Walaupun
sama sekali belum pernah bertemu satu sama lain, keduanya memiliki
ketertarikan yang sama terhadap sebuah legenda yang mengisahkan mengenai
King Erik yang dahulu pernah menaklukkan kawanan raksasa yang turun
dari langit ke Bumi dengan bantuan sebuah biji kacang ajaib yang
kemudian dapat berubah menjadi sebuah pohon kacang berukuran raksasa
pula.
Tentu saja, garisan takdir kemudian
mempertemukan Jack dan Isabelle – yang sayangnya terjadi dalam situasi
yang kurang menyenangkan. Biji kacang ajaib yang selama ini dianggap
sebagai sebuah legenda ternyata benar-benar ada dan secara tidak sengaja
tumbuh menjadi pohon kacang raksasa dan dalam pertumbuhannya membawa
Isabelle ke atas langit. Jack segera memberitahukan hal tersebut pada
King Brahmwell yang kemudian mengutus pengawal setianya, Elmont (Ewan
McGregor), serta penasehatnya, Lord Roderick (Stanley Tucci), untuk
bersama Jack berangkat melawan para raksasa dan menemukan kembali
Isabelle.
Jack the Giant Slayer sepertinya
akan memenuhi setiap ekspektasi dari film yang murni mengandalkan
kemampuannya dalam menyajikan tata visual yang spektakuler dengan jalan
penceritaan yang… well… minimalis. Naskah garapan Darren Lemke (Shrek Forever After, 2010), Christopher McQuarrie (Jack Reacher,
2012) dan Dan Studney sebenarnya menawarkan jalan cerita sederhana yang
biasa ditemukan dalam kisah-kisah yang mengedepankan tema from zero to hero.
Sayangnya, naskah sederhana tersebut kemudian terasa diulur-ulur
sedemikian panjang sehingga akhirnya justru terasa bertele-tele,
kehilangan begitu banyak jangkauan emosional kisahnya dan berakhir
dengan kesan membosankan secara keseluruhan. Dengan durasi penceritaan
yang mencapai 114 menit, Jack the Giant Slayer hanya mampu tampil menegangkan di sepanjang 30 menit penampilannya… yang terletak di penghujung film!
Dengan kisah dan karakter yang jelas-jelas hanya dimaksudkan sebagai hiburan semata, para jajaran pengisi departemen akting Jack the Giant Slayer
ternyata masih mampu memberikan penampilan mereka yang cukup menarik.
Lihat bagaimana Ewan McGregor, Stanley Tucci serta Ian McShane tampak
begitu bebas dan bersenang-senang dengan peran mereka. Hal yang sama
juga dapat diungkapkan pada penampilan Nicholas Hoult dan Eleanor
Tomlinson – walaupun dengan porsi penceritaan yang lebih besar pada
karakter mereka menyebabkan penampilan keduanya seringkali terlihat
tidak mengalami pengembangan yang berarti di sepanjang film. Jika ada
kualitas yang benar-benar menonjol pada film ini, hal itu jelas muncul
dari penggarapan tata visual film ini. Mulai dari penggarapan visual
mengenai para raksasa, wilayah langit tempat mereka berkuasa hingga
adegan peperangan yang mereka jalani dengan pasukan kerajaan mampu
disajikan dengan baik dan cukup meyakinkan.
Kisah petualangan standar yang disajikan Bryan Singer dalam Jack the Giant Slayer
sebenarnya dapat saja dihadirkan dalam nuansa yang lebih menyenangkan
jika Singer mampu memangkas banyak bagian penceritaan yang tidak
esensial serta menggarap kisah film ini menjadi lebih singkat dan
efektif. Well… sayangnya hal tersebut tidak terjadi. Meskipun
masih mampu dihadirkan dengan penampilan visual yang begitu meyakinkan
serta jajaran pemeran yang cukup mampu menghidupkan setiap karakter yang
mereka perankan, Jack the Giant Slayer adalah sebuah presentasi
hiburan yang tampil dengan jalan penceritaan yang begitu bertele-tele
dan disajikan dalam durasi yang terlalu panjang. Membosankan.
JIKA ANDA TELAH SELESAI MEMBACA ARTIKEL INI, DIMOHON KLIK IKLAN DIBAWAH INI, UNTUK MEMBANTU PEMBIAYAAN BLOG. TERIMA KASIH.
JIKA ANDA TELAH SELESAI MEMBACA ARTIKEL INI, DIMOHON KLIK IKLAN DIBAWAH INI, UNTUK MEMBANTU PEMBIAYAAN BLOG. TERIMA KASIH.