Setelah Bel Ami,
Robert Pattinson membintangi sebuah film lain yang sama-sama diadaptasi
dari sebuah novel dan sama-sama memfokuskan jalan ceritanya pada tema
seks, uang dan politik – walaupun kali ini, uang dan politik akan
menjadi unsur cerita yang lebih dominan sekaligus memperumit alur
pengisahan film. Cosmopolis, yang diadaptasi dari novel berjudul
sama karya Don DeLillo, juga menandai kali pertama sutradara David
Cronenberg menyutradarai film yang naskah ceritanya juga ditulis oleh
dirinya sendiri semenjak eXistenZ di tahun 1999 yang lalu – hal yang mungkin menjelaskan mengapa Cosmopolis
dapat tampil begitu rumit, kompleks serta memusingkan namun secara
perlahan juga mampu untuk tampil memikat dan penuh dengan refleksi
terhadap kehidupan manusia modern di saat ini.
Cosmopolis
berkisah mengenai satu hari dalam kehidupan miliuner muda, Eric Packer
(Pattinson), yang baru saja menikah. Di hari tersebut, Eric merasa bahwa
ia butuh untuk memangkas rambutnya – dan harus dilakukan oleh tukang
pangkas langganannya semenjak
kecil yang berada di pinggiran kota
Manhattan, New York, Amerika Serikat. Walaupun telah diingatkan oleh
pengawal pribadinya, Torval (Kevin Durand), bahwa Presiden Amerika
Serikat sedang berkunjung ke kota tersebut sehingga menimbulkan
kemacetan yang sangat panjang, Eric bersikeras bahwa dirinya harus
segera memangkas rambutnya. Akhirnya, dengan ditemani oleh pasukan
pengamannya serta menggunakan limusin-nya yang canggih, Eric memulai
perjalanannya menuju pinggiran kota Manhattan.
Perjalanan yang panjang dan lama tersebut
ternyata akan mempertemukan Eric dengan banyak karakter yang secara
perlahan akan mengubah hidupnya. Ia bertemu dengan wanita yang baru ia
nikahi, Elise Shifrin (Sarah Gadon), yang terus menolak memenuhi hasrat
seksual Eric. Konsekuensinya, dalam perjalanan tersebut, Eric kemudian
berselingkuh dengan dua orang wanita. Eric juga bertemu dengan seorang
dokter, Dr Ingram (Bob Bainborough), yang menyatakan bahwa prostat Eric
berbentuk asimetris serta bertemu dengan penasehat bisnisnya, Vija
Kinsky (Samantha Morton), yang memberitahunya bahwa bisnisnya sedang
bermasalah. Dalam perjalanan tersebut, Eric juga mengetahui bahwa
usahanya mengalami kerugian yang besar akibat investasi yang salah.
Namun, tidak ada yang begitu mampu mengganggu jalan pemikirannya selain
ketika pengawal pribadinya memberitahu bahwa Eric sedang berada di bawah
ancaman pembunuhan oleh seorang asing.
Jelas adalah cukup sulit untuk menjalin
ikatan emosional terhadap karakter Eric Packer maupun karakter-karakter
lain yang ada di dalam jalan cerita Cosmopolis. Di sepanjang
penceritaan film ini, karakter Eric Packer tidak pernah digambarkan
mampu memikirkan hal lain selain mengenai dirinya sendiri: kenyamanan
dirinya, keamanan dirinya, hasrat seksual dirinya hingga keuntungan
finansial yang ia miliki. Dingin, tidak berjiwa dan begitu datar. Pun
begitu, perjalanan yang ia lakukan serta orang-orang yang ia temui
secara perlahan mulai mengubah karakter Eric – yang sekaligus mulai
membuat penonton akhirnya mulai merasa peduli akan perjalanan yang ia
lakukan tersebut. Di satu titik, karakter Eric Packer bahkan mampu
menunjukkan rasa kesedihannya yang mendalam akibat kematian salah satu
karakter yang begitu ia kagumi.
Penggambaran mengenai perjalanan satu
sosok karakter yang awalnya ‘tidak memiliki jiwa’ dan kemudian mulai
mampu memperhatikan alam di sekelilingnya ini mampu dieksekusi dengan
baik oleh David Cronenberg. Selain dengan mengarahkan penampilan akting
para jajaran pemerannya, Cronenberg juga mampu mengalirkan deretan
dialog yang mencerminkan perubahan komposisi jiwa tersebut. Di awal
cerita, karakter-karakter dalam jalan cerita Cosmopolis berdialog
dengan deretan kalimat yang datar dan tanpa emosi seperti layaknya para
robot. Seiring dengan perjalanan cerita, dialog-dialog tersebut mulai
berubah menjadi dialog yang lebih humanis – walaupun tetap berisi
deretan kalimat bernuansa filosofis yang rasanya akan jarang didengar
dalam kehidupan sehari-hari. Jalan cerita yang sepertinya ingin
merefleksikan kehidupan modern manusia saat ini – yang dipenuhi dengan
tema ekonomi, korupsi, kejahatan, anti-sosial hingga kapitalisme – juga
mampu dikemas Cronenberg secara apik dalam deretan dialognya. Jelas
bukanlah tugas yang mudah, namun Cronenberg mampu melakukannya dengan
baik.
Berada di barisan terdepan jajaran
pemeran film, Robert Pattinson secara meyakinkan mampu menghidupkan
karakter Eric Packer yang ia perankan dengan baik – bahkan mungkin akan
menjadi penampilan terbaik di sepanjang perjalanan karirnya hingga saat
ini. Kehadiran Pattinson mampu membuat karakter Eric Packer menjadi
sosok yang begitu dingin dan seolah tidak peduli dengan apapun yang ada
disekitarnya namun sekaligus dapat dirasakan sebagai sesosok karakter
yang begitu sensitif serta sebenarnya dipenuhi dengan berbagai
kekhawatiran mengenai kehidupannya.
Penampilan Pattinson juga didukung oleh
penampilan kuat dari pengisi departemen akting lainnya. Mulai dari
Juliette Binoche, Mathieu Amalric, Sarah Gadon, Kevin Durand, Samantha
Morton hingga Patricia McKenzie. Puncaknya adalah penampilan Paul
Giamatti yang karakternya saling berhadapan dengan karakter yang
diperankan oleh Pattinson dan keduanya mampu membentuk sebuah jalinan
hubungan yang begitu kontradiktif antara satu dengan yang lain namun
tetap berhasil saling mengisi dengan kuat. Tata produksi Cosmopolis
juga mampu hadir dengan kualitas prima. Salah satu yang begitu menonjol
adalah kualitas tata musik arahan Howard Shore dan band indie rock asal Kanada, Metric, yang sebelumnya pernah bekerjasama pada album soundtrack film The Twilight Saga: Eclipse (2010). Shore dan Metric merancang begitu banyak tatanan musik elektronik yang menarik di sepanjang film dan membantu Cosmopolis tampil dengan jiwa penceritaan yang lebih kuat.
Cosmopolis harus diakui bukanlah
sebuah film yang dapat dicerna dengan mudah – khususnya oleh mereka yang
kurang begitu dapat menikmati film-film yang sangat mengandalkan
keberadaan dialog antar karakter untuk menyampaikan deretan konflik
ceritanya. Yang juga membuat Cosmopolis tak mudah untuk dinikmati
adalah dinginnya penggambaran David Cronenberg terhadap setiap karakter
yang hadir di dalam jalan cerita. Namun, disitulah letak keunikan dan
keberhasilan Cronenberg sebenarnya. Karakter dan dialog yang dingin
serta datar secara perlahan mulai mencair seiring berjalannya durasi
film sembari tetap menghantarkan berbagai pandangan mengenai kehidupan
yang begitu mendalam. Pengarahan David Cronenberg yang kuat terhadap
alur cerita penuh intrik yang ingin ia sampaikan serta penampilan para
pemeran filmnya mampu menghindarkan Cosmopolis menjadi sebuah
film yang dipenuhi dengan banyak dialog namun kosong dalam
penyampaiannya. Sebuah film yang berjalan lamban namun secara perlahan
akan mampu menangkap perhatian serta merasuk ke jiwa setiap penontonnya.
Cerdas!